Piala Dunia Klub 2025 Dikecam, Chelsea vs Benfica Jadi Simbol Kegagalan FIFA Mengantisipasi Cuaca Ekstrem

Turnamen Prestisius, Eksekusi Miskin Perencanaan

Skorakhir.com – FIFA awalnya menjual mimpi besar: memperluas Piala Dunia Klub menjadi 32 tim, hadiah uang fantastis, dan pesta global di Amerika Serikat. Namun, kenyataan pahit tak bisa dibantah — ini turnamen yang lebih sering dihentikan daripada dirayakan.

Pertandingan Ulsan vs Mamelodi Sundowns jadi simbol keterpurukan turnamen, hanya disaksikan 557 penonton saat 10 menit sebelum kick-off. Tak hanya laga ini, banyak pertandingan berlangsung di stadion setengah kosong, mencerminkan kurangnya daya tarik lokal dan promosi yang buruk.

Cuaca Jadi Musuh Utama, FIFA Disorot Karena Abai

Puncak kekacauan terjadi saat laga Chelsea vs Benfica di babak 16 besar dihentikan sementara di menit ke-86 karena risiko sambaran petir. Pertandingan ditunda lebih dari 2 jam, sebelum akhirnya dilanjutkan dan Chelsea menang 4-1 setelah perpanjangan waktu.

Pelatih Chelsea, Enzo Maresca, terang-terangan menyebut:

“Semua ini seperti lelucon. Jika pertandingan dihentikan selama dua jam, itu bukan lagi sepak bola.”

Fakta cuaca yang tak terbantahkan:

  • 6 pertandingan ditunda atau dihentikan akibat badai petir.

  • Banyak kota tuan rumah seperti Charlotte, Orlando, Tennessee memang dikenal sebagai zona badai musim panas.

  • Jadwal pertandingan berlangsung pada sore hari waktu setempat, momen paling rawan terjadinya kilat dan badai.

Lalu, mengapa FIFA tetap memilih lokasi ini tanpa mitigasi matang?

Di Mana Protokol Cuaca FIFA?

Di AS, event olahraga besar seperti NFL dan MLB punya “Protokol Petir”. Jika kilat terdeteksi dalam radius 13 km, laga ditunda. Mereka juga memiliki tim pemantau cuaca khusus di stadion, termasuk radar petir berteknologi tinggi.

Tapi di Piala Dunia Klub 2025, prosedur ini seperti tidak berlaku. Bahkan, laporan menyebut beberapa stadion tidak punya sistem peringatan dini yang layak.

Ini menimbulkan dugaan bahwa FIFA hanya fokus pada ekspansi dan keuntungan, bukan pada keselamatan, kenyamanan, dan profesionalitas turnamen.

FIFPro Sudah Peringatkan FIFA, Tapi Diabaikan

FIFPro, serikat pemain profesional dunia, sejak awal memperingatkan FIFA soal risiko cuaca di AS musim panas:

  • Suhu ekstrem

  • Badai petir musiman

  • Durasi pertandingan yang terlalu mepet

Namun, semua peringatan ini tak digubris. Akibatnya, pemain dan ofisial harus menanggung risiko tertunda, kelelahan, dan bahkan cedera akibat perubahan kondisi yang ekstrem.

Dampak Jangka Panjang, Ancaman untuk Piala Dunia 2026?

Turnamen ini seharusnya menjadi panggung pemanasan untuk Piala Dunia 2026. Namun, jika FIFA gagal belajar dari kegagalan ini, bencana lebih besar bisa terjadi tahun depan.

“Jika Charlotte dan Orlando saja sudah kacau di turnamen kecil, bagaimana jika 48 negara bertanding di musim panas mendatang?” tulis kolumnis The Athletic.

Tak hanya itu, sponsor dan investor juga mulai ragu. Antusiasme yang digadang-gadang berubah jadi olok-olok global di media sosial, dengan banyak warganet menyebutnya “Piala Dunia Terbengkalai”.

Turnamen Megah, Eksekusi Gagal

FIFA ingin menjual Piala Dunia Klub 2025 sebagai pertunjukan global, tapi yang terjadi justru:

  • Cuaca ekstrem

  • Penonton minim

  • Jadwal kacau

  • Protes pelatih dan pemain

  • Reputasi organisasi kembali tercoreng

Jika FIFA tak segera mengevaluasi tim pelaksana, sistem mitigasi bencana, dan pemilihan lokasi — Piala Dunia 2026 bukan tidak mungkin jadi panggung kehancuran yang lebih besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup