Skandal Naturalisasi Meledak: Malaysia Disanksi FIFA dan AFC, Dilarang Tampil hingga 2027

Naturalisasi Instan Jadi Bom Waktu, Malaysia Dibekukan dari Kompetisi Internasional
Skorakhir.com –Kuala Lumpur 28 Juni 2025, Dunia Sepak Bola Asia dan Internasional digemparkan oleh keputusan besar yang diambil FIFA dan Konfederasi Sepak Bola Asia AFC terhadap Federasi Sepak Bola Malaysia, FAM.
Dalam konferensi pers yang berlangsung secara mendadak di markas besar FIFA di Zurich dan diikuti oleh pernyataan resmi AFC dari Kuala Lumpur, dipastikan bahwa timnas Malaysia secara resmi mendapat sanksi berat atas pelanggaran serius dalam proses naturalisasi pemain keturunan.
Sanksi ini menjadi akhir dari perjalanan sepak bola Malaysia dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 serta mencoreng reputasi negara yang selama ini kerap menonjolkan program naturalisasi sebagai jalan pintas kebangkitan prestasi mereka di kancah internasional.
Awal Mula Skandal Naturalisasi Malaysia
Skandal ini pertama kali mencuat awal 2025 setelah investigasi mendalam dilakukan oleh media internasional dari Inggris dan Jepang.
Mereka mencurigai asal-usul sejumlah pemain asing yang tiba-tiba memperkuat Timnas Malaysia dalam laga uji coba melawan Vietnam dan Jepang. Pemain-pemain tersebut diketahui berasal dari klub-klub lapis kedua di Eropa—khususnya Inggris, Belanda, dan Prancis.Anehnya, mereka mendapatkan status Warga Negara Malaysia (WNM) hanya dalam hitungan bulan.
Padahal, sebagian besar dari mereka tidak memiliki darah keturunan Malaysia, belum pernah menetap di negeri jiran, serta tidak memenuhi syarat minimal domisili 5 tahun sebagaimana diatur oleh FIFA dan AFC.
Modus: Dokumen Palsu dan Keturunan Fiktif
Investigasi menemukan indikasi pemalsuan dokumen, klaim keturunan fiktif, hingga manipulasi data keluarga
Salah satu contoh mencolok adalah kasus Daren J Rizal, pemain yang disebut memiliki nenek asal Johor.

Namun, identitas sang nenek ternyata hasil rekayasa oleh biro jasa yang terafiliasi dengan agen pemain internasional.
FIFA dan AFC Bertindak Tegas
Menindaklanjuti laporan tersebut, FIFA membentuk komite disipliner khusus beranggotakan pakar hukum olahraga internasional.
Setelah penyelidikan selama tiga bulan, FIFA menyimpulkan bahwa Malaysia melanggar Pasal 7 Regulasi FIFA tentang kelayakan pemain timnas.
AFC turut menegaskan bahwa FAM melakukan ketidakjujuran institusional, tidak hanya melanggar aturan FIFA, tetapi juga mengkhianati prinsip fair play dan integritas kompetisi.
Dalam rilis resmi FIFA dan AFC, berikut adalah sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada FAM dan Timnas Malaysia:
– Diskualifikasi Timnas Malaysia dari seluruh kompetisi FIFA dan AFC hingga 2027, termasuk Kualifikasi Piala Dunia 2026, Piala Asia 2027, dan Piala AFF 2026.
– Seluruh hasil pertandingan yang melibatkan pemain keturunan ilegal dibatalkan.- Denda sebesar 2 juta USD atau sekitar Rp 30 miliar kepada FAM.
– Larangan merekrut pemain keturunan selama 5 tahun, kecuali melalui proses verifikasi ganda yang disahkan FIFA.
– Audit ulang data seluruh pemain dalam struktur organisasi FAM.
– Pemberhentian tidak hormat terhadap beberapa petinggi FAM, termasuk Presiden FAM.
Reaksi Keras Dunia dan Netizen Asia Tenggara
Sanksi ini langsung menjadi trending topic di media sosial kawasan ASEAN. Tagar seperti #GoodbyeMalaysiaFootball, #SkandalNaturalisasiMalaysia, dan #JusticeForFairPlay membanjiri lini masa.
Di Indonesia, publik melihat ini sebagai bentuk karma. “Kalau kami naturalisasi karena garis darah dan domisili, mereka cuma beli paspor,” tulis seorang netizen asal Surabaya.
Mantan pelatih timnas Vietnam pun turut bersuara, “Saya tahu dari awal ini mencurigakan. Malaysia tidak punya sistem pembinaan yang kuat, tapi tiba-tiba muncul banyak pemain Eropa? Ini semua harus dihentikan.”
Pemerintah Malaysia dalam Sorotan
Selamat Tinggal Timnas Malaysia! FIFA dan AFC Resmi Sanksi Federasi Sepak Bola Harimau Malaya-@malaysia_nt-Instagram
Tak hanya FAM, Kementerian Pemuda dan Olahraga Malaysia juga menjadi sasaran kritik. Menteri Syed Zahid dituding menutup mata terhadap proses pemberian kewarganegaraan instan kepada pemain asing.
Fraksi oposisi di Parlemen Malaysia bahkan menuntut audit menyeluruh terhadap proses naturalisasi selama dua tahun terakhir.
“Kami tidak boleh membiarkan sepak bola Malaysia dipimpin oleh kebohongan sistematis,” ujar anggota parlemen DAP, Tan Eng.
Dalam konferensi pers darurat, Presiden FAM memberikan klarifikasi, “Kami tidak bermaksud melanggar. Semua sudah sesuai hukum Malaysia. Tapi jika FIFA menganggap kami salah, kami akan introspeksi.”
Namun, pernyataan ini dianggap tidak bertanggung jawab karena dokumen resmi FIFA menunjukkan FAM secara aktif memfasilitasi pelanggaran, termasuk pembayaran ke agen dan biro jasa di Eropa.
Dampak Jangka Panjang: Citra Sepak Bola Malaysia Runtuh
Sanksi ini menjadi pukulan telak bagi masa depan sepak bola Malaysia. Rencana membangun tim nasional berbasis pemain diaspora hancur. Akademi-akademi sepak bola kehilangan minat peserta, dan sponsor besar seperti Petronas, Telekom Malaysia, hingga Air Asia dikabarkan tengah meninjau ulang dukungannya.
Legenda sepak bola Malaysia, Zainal Abidin Hassan, menilai ini sebagai pelajaran pahit, “Sepak bola bukan soal menang cepat, tapi membangun. Ini akibat keserakahan dan ingin hasil instan.”
Mantan pelatih timnas Malaysia U-23 pun mengungkap kejanggalan, “Banyak pemain bahkan tak bisa berbahasa Melayu atau Inggris. Mereka tak tahu ibu kota Malaysia.”
Efek Domino di Asia Tenggara: Indonesia Aman?
FIFA langsung mewanti-wanti negara-negara ASEAN lain untuk melakukan audit internal terhadap pemain keturunan mereka, termasuk Indonesia, Thailand, dan Filipina.
Namun, Indonesia relatif aman karena proses naturalisasi yang dilakukan di bawah kepemimpinan Erick Thohir terbukti mengikuti regulasi FIFA, mengutamakan garis keturunan yang sah dan dokumen resmi.
Penutup: Titik Nol Sepak Bola Malaysia
Skandal ini bukan hanya mengguncang Malaysia, tetapi menjadi pengingat bagi seluruh negara bahwa jalan pintas bukan solusi. Kini, Malaysia menghadapi masa kelam: diskors dari kompetisi internasional, ditinggalkan sponsor, dan kehilangan kepercayaan publik.
Selamat tinggal, Harimau Malaya. Untuk sementara, panggung internasional tak lagi milikmu. Setidaknya hingga 2027. (sumber)