“Ini seperti Piala Super—kami dua tim terbaik musim lalu,” ucap Huistra, kala itu.
Piala Super adalah konsep umum di berbagai liga top dunia. Di Inggris misalnya, Community Shield mempertemukan juara Premier League dan juara FA Cup. Di Spanyol ada Supercopa, dan di Italia pun begitu.
Namun agar format Piala Super Indonesia bisa berjalan, syarat utamanya adalah menghidupkan kembali Piala Indonesia (Piala FA)—turnamen yang terakhir digelar pada musim 2018/2019 dan mati suri hingga kini.
Momentum Erick Thohir dan PSSI Membenahi Struktur Kompetisi
Piala Indonesia seharusnya bisa menjadi ruang kompetitif bagi klub-klub Liga 2 bahkan Liga 3, sekaligus menjadi jalur formal menuju Piala Super. Jika Erick Thohir dan PSSI serius membenahi ekosistem sepak bola nasional, maka mengaktifkan kembali Piala Indonesia adalah sebuah keharusan.
Dengan itu, kita bisa punya Piala Super Indonesia versi lokal, yang mempertemukan juara Liga 1 dan juara Piala Indonesia di awal musim. Selain membuka kompetisi dengan cara elegan, ini juga memberi gengsi tersendiri bagi juara domestik.
Jangan Hanya Elitis, Bangun Sepak Bola yang Inklusif
Sepak bola bukan hanya soal elit. Ia adalah olahraga rakyat. Jika Piala Presiden terus dijalankan dengan format eksklusif dan peserta terbatas, maka esensi turnamen sebagai perekat antarklub dan pemanasan kompetisi pun akan hilang.
Sudah waktunya PSSI duduk, mengevaluasi ulang, dan memikirkan skema yang tidak hanya elok di atas kertas, tapi juga membawa manfaat riil untuk sepak bola nasional.
Jika format Piala Presiden terus menyusut dan tak kunjung inklusif, maka lebih baik sekalian diganti menjadi Piala Super Indonesia yang terstruktur dan prestisius.