Marcos Rojo Nama: Eks MU Ganti Nama di Argentina

Dunia sepak bola memang tak pernah berhenti menyajikan cerita-cerita unik, bahkan yang di luar nalar kita. Dari drama transfer hingga gol-gol spektakuler, selalu ada saja yang membuat kita geleng-geleng kepala. Namun, pernahkah Anda mendengar seorang pemain yang harus mengubah namanya di jersey hanya karena rivalitas klub? Nah, itulah yang baru saja dialami oleh mantan bek Manchester United, Marcos Rojo. Sebuah kisah yang tak hanya aneh, tapi juga menunjukkan betapa gila dan berakar dalamnya fanatisme dalam sepak bola Argentina.
Nama Marcos Rojo mungkin tidak asing bagi para penggemar Premier League, terutama mereka yang mengikuti perjalanan Manchester United di era Louis van Gaal hingga Ole Gunnar Solskjaer. Bek asal Argentina ini dikenal dengan gaya bermainnya yang lugas, kadang keras, dan karismatik. United memboyongnya dari Sporting CP pada tahun 2014 dengan banderol yang tak main-main, sekitar 20 juta euro. Di Old Trafford, Rojo memang menunjukkan potensi sebagai bek serbaguna yang bisa bermain sebagai bek tengah maupun bek kiri. Namun, cedera serius pada tahun 2017 menghantam kariernya, membatasi penampilannya hanya menjadi 122 kali sebelum akhirnya meninggalkan Theatre of Dreams.
Petualangan Rojo di Argentina dan Drama yang Menyertainya
Setelah petualangannya di Eropa berakhir, Marcos Rojo memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Argentina. Ia bergabung dengan salah satu raksasa sepak bola Argentina, Boca Juniors, pada tahun 2021. Bermain untuk Boca, sebuah klub dengan sejarah panjang dan fanatisme luar biasa, Rojo kembali menemukan gairah dan menjadi bagian penting dari tim. Selama empat musim berseragam biru-kuning, ia menjadi idola bagi sebagian besar fans berkat jiwa petarung dan kepemimpinannya di lini belakang. Namun, seperti banyak kisah di sepak bola Argentina, perjalanannya di Boca tidak selalu mulus.
Menjelang akhir kontraknya, hubungan Rojo dengan pelatih Miguel Angel Russo mulai memanas. Ada friksi dan ketegangan yang tidak bisa disembunyikan, membuat kepergiannya dari Boca Juniors menjadi sesuatu yang kurang harmonis. Bagaimanapun, seorang pemain sekaliber Rojo tidak akan lama tanpa klub. Berbagai spekulasi pun bermunculan, dan akhirnya, ia memutuskan untuk memulai babak baru dalam kariernya dengan bergabung ke Racing Club, salah satu klub paling bersejarah dan rival abadi Boca Juniors di kancah domestik. Kontrak satu tahun pun ditandatangani, dan Rojo siap untuk tantangan baru, termasuk berpartisipasi di Copa Libertadores.
Masalah Nama: Ketika Merah adalah Musuh
Namun, di sinilah cerita ini menjadi sangat menarik, dan agak lucu. Setelah resmi berseragam Racing Club, muncul sebuah “aturan” unik yang langsung ditetapkan oleh klub: nama “Rojo” tidak boleh terpampang di bagian belakang jerseynya! Ya, Anda tidak salah baca. Pihak klub menetapkan bahwa nama belakang Rojo harus diganti menjadi “Marcos R.” atau hanya “Marcos” saja. Keputusan ini bahkan terlihat jelas dalam pengumuman resmi Racing Club di media sosial, menampilkan jersey baru Rojo dengan nama “Marcos R.” dan nomor punggung 6. Lantas, mengapa harus ada perubahan yang terkesan sepele ini?
Usut punya usut, keputusan ini datang langsung dari sosok pelatih Racing, Gustavo Costas. Costas adalah seorang legenda hidup di Racing Club, baik sebagai pemain maupun pelatih, dan ia dikenal memiliki fanatisme yang luar biasa terhadap klubnya. Alasan pelarangan penggunaan kata ‘Rojo’ sangat sederhana namun sangat mendalam bagi penggemar Racing: ‘Rojo’ dalam bahasa Spanyol berarti ‘merah’. Dan ‘merah’ adalah warna kebesaran dan identitas klub rival utama Racing, yaitu Independiente, musuh bebuyutan dalam ‘Clásico de Avellaneda’.
Fanatisme Gustavo Costas: Lebih dari Sekadar Sepak Bola
Bagi Gustavo Costas, rivalitas dengan Independiente bukanlah sekadar pertandingan 90 menit. Itu adalah bagian dari identitas, kehormatan, dan harga diri. Fanatismenya terhadap warna ‘merah’ begitu besar sehingga ia menolak adanya warna tersebut dalam bentuk apa pun yang berhubungan dengan Racing Club. Konon, Costas bahkan menghindari makanan berwarna merah seperti paprika atau tomat dalam dietnya karena saking anti-merahnya! Ini adalah tingkat fanatisme yang mungkin sulit dipahami oleh penggemar sepak bola di negara lain, namun sangat lumrah di Argentina, di mana klub adalah segalanya, dan rivalitas adalah inti dari eksistensi.
Costas ingin memastikan bahwa tidak ada satu pun elemen ‘merah’ yang melekat pada Racing Club, bahkan dalam hal sepele seperti nama belakang pemain. Baginya, itu adalah bagian dari menjaga kesucian identitas klub dan mengirimkan pesan kuat kepada rival mereka. Jadi, di mata Gustavo Costas dan para penggemar Racing, memiliki tulisan “Rojo” di punggung jersey pemain mereka akan terasa seperti mengkhianati nilai-nilai dan sejarah klub. Ini bukan hanya tentang Marcos Rojo Nama, tapi tentang warisan dan identitas yang dijunjung tinggi.
 
Implikasi untuk Marcos Rojo dan Budaya Sepak Bola Argentina
Bagi Marcos Rojo, keputusan ini berarti ia harus memulai babak baru dalam kariernya dengan nama yang sedikit berbeda di panggung sepak bola Argentina. Ia kini harus beradaptasi untuk hanya dikenal sebagai “Marcos” di lapangan, setidaknya dalam hal nama di jersey. Ini adalah pengorbanan kecil, tentu saja, tetapi merupakan simbol betapa ia harus sepenuhnya meresap ke dalam budaya dan rivalitas Racing Club yang intens.
Kisah Marcos Rojo Nama ini menjadi contoh nyata bagaimana rivalitas dan fanatisme dalam dunia sepak bola, terutama di Argentina, bisa memengaruhi hal-hal yang tampaknya sepele namun memiliki makna simbolis yang sangat dalam. Di Argentina, derby bukan hanya sekadar pertandingan; itu adalah perang identitas, di mana setiap warna, setiap simbol, dan bahkan setiap nama memiliki bobot sejarah dan emosional yang luar biasa. Rivalitas antara Racing Club dan Independiente, dikenal sebagai ‘Clásico de Avellaneda’, adalah salah satu yang paling panas dan berakar dalam sejarah sepak bola dunia. Kedua klub ini berbagi kota yang sama, Avellaneda, dan stadion mereka hanya dipisahkan oleh beberapa blok. Ini menciptakan atmosfer persaingan yang tiada duanya, di mana setiap detail diperhatikan dan setiap ‘penghinaan’ sekecil apa pun akan diperhitungkan.
Kejadian ini juga menggarisbawahi kekuatan manajer atau pelatih dalam membentuk budaya klub, bahkan di luar aspek taktis dan teknis. Gustavo Costas, dengan fanatismenya yang ekstrem, berhasil menanamkan semangat dan identitas Racing ke setiap aspek tim, termasuk hal yang tak terduga seperti nama pemain. Ini adalah bentuk kepemimpinan yang mungkin kontroversial bagi sebagian orang, tetapi sangat efektif dalam membangkitkan semangat kolektif dan identitas klub di antara para pemain dan penggemar.
Jadi, ketika Anda melihat Marcos Rojo bermain untuk Racing Club, perhatikan baik-baik nama di punggungnya. Ini bukan hanya sekadar nama. Ini adalah cerita tentang fanatisme, rivalitas, dan betapa uniknya sepak bola Argentina, di mana bahkan warna sebuah nama bisa memicu perdebatan sengit. Sebuah babak baru yang penuh warna (meskipun bukan merah) bagi Marcos Rojo, di salah satu panggung sepak bola paling berapi-api di dunia.




 
											 
				 
				





 
								            											
																					 
								            										 
								            										 
								            										 
								            										


Tinggalkan Balasan