Ketegangan Menjelang Turnamen Terbesar Sepak Bola
Skorakhir – Piala Dunia FIFA 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko kian dekat. Namun, alih-alih euforia menyambut pesta akbar sepak bola ini, sejumlah kekhawatiran muncul seputar kebijakan imigrasi ketat yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.
Dengan format baru yang menampilkan 48 tim dan 104 pertandingan, turnamen ini diharapkan menciptakan gelombang penggemar baru di seluruh dunia. Sayangnya, suasana persiapan justru dirundung isu sosial dan politik yang memanas di Negeri Paman Sam.
Ketegangan Politik di Tengah Acara Resmi
Di Los Angeles, salah satu kota tuan rumah, perayaan setahun menjelang Piala Dunia digelar secara mewah di Fox Studio Lot, dihadiri oleh selebriti dan tokoh sepak bola. Namun, acara ini diadakan sehari setelah Presiden Trump mengerahkan Marinir dan Garda Nasional untuk menangani protes terhadap kebijakan imigrasinya.
Gubernur California Gavin Newsom menyebut tindakan Trump sebagai langkah menuju “otoritarianisme”, sementara pemerintah federal menuding para demonstran sebagai pelanggar hukum. Ketegangan ini memicu pertanyaan tentang keamanan dan aksesibilitas turnamen bagi penggemar internasional, khususnya dari negara-negara yang terkena larangan perjalanan.
FIFA dan Hak Asasi Manusia Jadi Sorotan
Kekhawatiran utama datang dari organisasi seperti Human Rights Watch dan Sport & Rights Alliance yang mendesak FIFA untuk mengambil sikap tegas. Mereka meminta FIFA memastikan bahwa hak-hak penggemar, pemain, staf, dan media tetap dilindungi tanpa diskriminasi.
“FIFA harus secara terbuka mengakui ancaman kebijakan imigrasi AS terhadap integritas turnamen,” ujar Minky Worden, direktur Human Rights Watch.
Menurut mereka, kebijakan Trump terhadap imigran, termasuk larangan perjalanan terhadap warga dari 12 negara—salah satunya Iran yang lolos ke Piala Dunia—dapat menimbulkan diskriminasi sistemik.